Langkah-
Langkah Penyusunan Tes Tulis
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Evaluasi Pendidikan”
Dosen Pengampu :
Iskandar Tsani, M. Ag.

Disusun
oleh:
Laily
Nur Afifah (932125614)
Fitron
Alvi Fauzi Rizqon (932120214)
PROGAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tes merupakan alat yang
direncanakan untuk mengukur kemampuan, keahlian atau pengetahuan. Sehingga,
dalam melakukan tes dibutuhkan perencanaan tes, pengembangan tes, prosedur
penulisan ataupun penyusunan butir-butir soal. Untuk merencanakan,
mengembangkan maupun menuliskan butir-butir tes tersebut diperlukan adanya
langkah-langkah ataupun prosedur yang diikuti secara sistematis sehingga dapat
diperoleh tes yang lebih efektif. Dalam merencanakan tes, hal yang lebih dahulu
dilakukan ialah menentukan dan merumuskan tujuan tes. Kemudian, dalam
pengembangan tes melibatkan kegiatan identifikasi hasil belajar, deskripsi
materi, pengembangan spesifikasi, penulisan butir dan kunci jawaban,
pengumpulan data uji coba, pengujian kualitas butir dan perangkat, serta
komplikasi.
Makalah ini ditulis untuk menambah
pengetahuan dan wawasan pembaca dan pemakalah khususnya mengenai perencanaan tes,
pengembangan tes dan penyusuna non-tes dan mampu mengaplikasikannya dengan
mengikuti prosedur yang ada. Selanjutnya, untuk pembahasan lebih dalam mengenai
prosedur dalam merencanakan tes, mengembangkan dan menyusun tes akan dibahas di
dalam makalah ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan tes?
2. Apa fugsi tes?
3. Bagaimana langkah-langkah penyusunan tes
tulis?
4. Apa tujuan diadakannya tes?
C.
TUJUAN
1. Memahami maksud dari tes?
2. Memahami fugsi tes?
3. Memahami langkah-langkah penyusunan tes
tulis?
4. Memahai tujuan diadakannya tes?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN TES
Secara bahasa tes berasal dari bahasa perancis kuno “testum”
yang arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan
mengunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia
yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang
dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”, atau “percobaan”.
Dalam (didieu tulisan arab).
Tes adalah alat untuk memperoleh
data tentang perilaku individu Karena itu, didlam tes terdapat sekumpulan
pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan
memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu (sampel perilaku)
berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenai tes tersebut. Pada
prinsipnya tes merupakan suatu prosedur sistematik untuk mengukur sampel
tingkah laku seseorang.[1]
B.
FUNGSI TES
Sehubungan dengan hal-hal yang harus di ingat pada waktu
penyusunan tes, maka fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal:
a)
Fungsi untuk kelas
b)
Fungsi untuk bimbingan
c)
Fungsi untuk administrasi
Selain fungsi-fungsi tes
ini, hal lain yang harus di ingat adalah:
a)
Hubungan dengan penggunaan, fungsi mana yang
harus di pentingkan karena fungsi yang berbeda akan menentuka bentuk/isi yang
berbeda pula.
b)
Komprehensif, sebuah tes sebaiknya mencakup suatu
kebulatan, artinya meliputi berbagai aspek yang dapat menggambarkan keadaan
siswa secara keseluruhan (kecerdasan, sikap, pribadi, perasaan sosial dan
sebagainya).
c)
Kontinu, tes disuun sedemikian rupa sehingga
menggambarkan kelanjutan dari awal anak memasuki sekolah sampai dengan kelas
terakhir.[2]
Perbandingan fungsi Tes:
|
Fungsi untuk kelas
|
Fungsi untuk bimbingan
|
Fungsi untuk administrasi
|
|
|
|
C.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES
1.
Menyusun spesifikasi tes
Spesifikasi
Tes adalah suatu uraian yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri
yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Pengembangan spesifikasi
merupakan langkah awal yang menentukan dalam pengembangan perangkat tes, karena
apa yang menentukan pada langkah-langkah berikutnya sudah dirancangkan dalam
spesifikasi tes.
Spesifikasi
pengembangan tes meliputi :
a. Menentukan jenis tes
b. Menentukan banyak butir tes
c. Menentukan waktu pengerjaan
d. Menentukan peserta uji coba
e. Menentukan waktu uji coba
f. Menentukan aturan skoring
g. Menentukan kriteria kualitas tes
h. Menyusun kisi-kisi tes
Langkah-langkah
menyususn kisi-kisis tes (Blueprint) yaitu:
1. Menulis tujuan umum pembelajaran
2. Membuat daftar pokok bahasan dan sub
pokok bahasan yang akan di ujikan
3. Menentukan indicator
4. Menentukan jumlah soal tiap pokok
bahasan dan sub pokok bahasan
2.
Menulis soal tes
Menurut
Sumadi Surybrata, secara umum kemampuan khusus yang harus dimiliki bagi penulis
soal adalah:
1. Penguasaan pengetahuan yang diteskan
2. Kesadaran akan tata nilai yang mendasari
pendidikan
3. Pemahaman akan karakteristik individu
yang dites
4. Kemampuan membahas gagasan
5. Penguasaan akan teknik penulisan soal
6. Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan
dalam menulis soal
Fungsi tes tidak semata-mata
sebagai alat ukur saja, melainkan memiliki fungsi motivasi dan pembentukan
sikap bagi peserta didik. Oleh karena itu penulisan soal hendaknya memahami nilai-nilai yang mendasari pendidikan,
seperti tujuan pendidikan, filsafat pendidikan, sistem pendidikan, psikologi,
garis-garis besarnya saja.
Dalam menulis soal diperlukan
kemampuan untuk membahas gagasan dalam bahasa verbal yang jelas dan mudah
dipahami maksudnya, sebab soal merupakan wakil dari pendidik yang hadir
dihadapan peserta didik’oleh karena itu penulisan soal membutuhkan bahasa yang
lugas dan tidak berbelit-belit.
3.
Menelaah soal tes
Dalam
menelaah soal tes ada prinsip-prisip yang harus dipenuhi. Yaitu:
a. Tes yang disusun hendaklah betul-betul
mengukur tujuan pendidikan
b. Tes yng disusun merupakan sampel yang
representative dari semua materi pembelajaran
c. Format tes yang dipilih hendaknya sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai.
4.
Melakukan uji coba tes
Bentuk item aspek aspek
pengukuran tes yaitu:
1.
Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan untuk
mengingat kembali atau mengenal hal-hal yang telah dipelajari. Untuk
mengungkapkan tujuan yang bersifat pengetahuan dapat diukur melalui tes hasil
belajar.
Contoh pertanyaan ingatan:
a)
Jelaskan empat masalah pendidikan yang dihadapi
Indonesia pada tahun 2010.
b)
Anak sejak lahir telah mempunyai potensi yang
dapat berkembang menurut arahnya masing-masing. Pendapat ini dikemukakan oleh:
a.
W. Stern
b.
John Locke
c.
J. J. Rouseau.
2.
Pemahaman : merupakan kemampuan tentang memahami
hubungan atau menangkap arti dan makna diantara konsep dan fakta-fakta tentang
suatu hal. Tujuan dalam bentuk pemahaman dapat diuji dengan tes hasil belajar
antara lain dengan analisis hubungan.
Contoh :
perencanaan pengadaan fasilitas
(sarana/prasarana) belajar hendaklah memperhatikan analisis kebutuhan serta
skala prioritas dan sesuai dengan dana yang tersedia.
SEBAB
Melalui kegiatan analisis kebutuhan, seseorang
akan mengetahui kebutuhan apa saja yang harus mendapat prioritas untuk
dipenuhi.
3.
Aplikasi (Application): merupakan kemampuan untuk
memilih konsep, fakta, dalil, aturan, hukum, dan sebagainya; serta
menerapkan/menggunakan hal itu secara tepat dan benar dalam situasi baru atau
kehidupan sehari-hari.
Kemampuan ini dapat diukur dengan mengajukan suatu
keadaan (kondisi) terlebih dahulu, kemudian peserta didik menerapkan sesuatu
yang dipelajari, yang terkait dengan kasus itu.
Contoh:
·
Dalam suatu penelitian tentang KB, peneliti
mengumpulkan data dari 65 sampel. Peneliti mengelompokkan data itu dalam
beberapa interval dengan menggunakan rumus : Clas Interval = 1+3,3 (log)n
Jumlah (banyaknya) klas interval yang didapat adalah:
a.
6 c.
8
b.
7 d.
9
Sebelum menyusun butir-butir soal, penulis soal
hendaklah menyusun tabel spesifikasi/blueprint test. Dalam tabel itu perlu ada
aspek-aspek yang dinilai, kemampuan/dimensi yang dinilai, jenis-jenis soal, dan
jumlah butir soal. Susunlah tabel spesifikasi seperti dibawah ini:[3]
a. Aspek-aspek yang dinilai:
-
Konsep dasar asesmen dan evaluasi
-
Syarat-syarat tes yang baik
-
Model evaluasi
b.
Jumlah butir soal: 50 butir
c.
Kemampuan/ dimensi yang dinilai:
-
Pengetahuan
-
pemahaman
d.
Jenis tes:
-
Betul salah
-
Pilihan jamak
-
Analisis hubungan
Berdasarkan data diatas
dapat disusun kisi-kisi ujian sebagai berikut:
|
No
|
Aspek yang dinilai
|
Kemampuan/dimensi-dimensi
yang dinilai
|
Jumlah soal
|
Persentase jumlah soal
|
||
|
Pengetahuan
|
Pemahaman
|
|||||
|
Betul salah
|
Pilihan ganda
|
Analisis Hubungan
|
||||
|
1.
|
Konsep dasar asesmen
dan evaluasi
|
3
|
5
|
2
|
10
|
20
|
|
2.
|
Syarat-syarat tes yang baik
|
6
|
15
|
2
|
23
|
46
|
|
3.
|
Model evaluasi
|
5
|
10
|
2
|
17
|
34
|
|
|
Jumlah soal
|
14
|
30
|
6
|
50
|
100
|
4.
Analisa :
merupakan kemampuan menganalisis atau menjabarkan sesuatu yang kompleks
menjadi bagian/hal yang lebih sederhana dan mudah dipahami.
Karena kemampuan analisis
bukan lagi menerapkan/mengaplikasikan pengetahuan,melainkan lebih menguraikan.
Maka dalam asesmen hasil belajar peserta didik harus dihadapkan pada kasus yang
dirangkum sendiri oleh penulis soal, dalam hal ini hindari mengambil uraian
yang mungkin sudah pernah diketahui peserta didik.
Contoh:
Pendidik yang baik akan membimbing peserta didik
belajar secara efektif dan efisien, sehingga berkembang seoptimal mungkin, anak
yang cerdas secara intelektual dapat berkembang lebih cepat, sedangkan anak
yang kurang cerdas secara intelektual dapat berkembang lebih cepat, sedang anak
yang kurang cerdas secara intelektual akan mendapat bantuan khusus dari
pendidik. Di samping itu, anak yang kurang cerdas secara intelektual, mungkin
lebih cerdas dalam musik dan kinestetik. Usaha demi usaha yang dikembangkan
pendidik untuk peserta didik selalu dikaitkan dan memperhatikan bermacam
kecerdsan dan kondisi anak, lingkungan serta tujuan pembelajaran.
Sebaliknya,
banyak pula pendidik yang acuh tidak acuh dengan peserta didiknya, seakan-akan
anak itu sama saja semuannya. Dia datang sekedar menyampaikan pelajaran dan
kemudian pulang . mereka tidak mau tahu dengan bermacam-macam kecerdasan yang
dimiliki anak, keadaan kelas, lingkungan maupun hubungan dengan peserta didik.
Soal:
1.
menggunakan bentuk tes esai
cobalah kamu bandingkan dua fungsi pendidik yang
digambarkan dalam uraian diatas,
............................................................................................................................
............................................................................................................................
2.
menggunakan bentuk analisis hubungan
Pendidik yang baik akan dapat mengembangkan para peserta
didik seoptimal mungkin.
SEBAB
Setiap usaha yang dilakukan dalam membimbing anak dikaitkn dengan kondisi
anak dan kematangan masing-masing.
5.
Sintesis : kemampuan sintesis merupakan kemampuan
berfikir tingkat tinggi. Sintesa adalah kemampuan menyusun kembali atau
memadukan bagian-bagian menjadi keseluruhan yang lebih berarti. Oleh karena
itu, dengan mengembangkan kemampuan sintesis ini, berarti peserta didik mampu
membangun suatu pola atau struktur baru. Kemampuan ini dapat dinilai dengan
menggunakan teknik asesmen untuk menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher-Order
Thinking).
Contoh:
Diakhir
jam pelajaran peserta didik diberi kesempatan untuk menceritakan kembali apa
saja materi yang baru dipelajari. Dapat juga dilakukan dengan “menyuruh”
peserta didik menuliskan kembali, atau merangkum materi pelajaran yang sudah
disampaikan atau mengkonstruksi kembali dalam bahasa sendiri materi yang sudah
disampaikan.
6.
Evaluasi: merupakan kemampuan, sejauh mana
peserta didik dapat menerapkan konsep aturan atau pengetahuan yang ada untuk
menilai sesuatu yang lain. Atau dapat juga dikatakan, kemampuan untuk membuat
keputusan (judgment) tentang sesuatu berdasarkan kriteria/standar yang telah
ditetapkan.[4]
5.
Menganalisis butir soal
a)
Penyusunan Tes Tulis
Untuk
menyusun tes dapat ikuti langkah-langkah sebagi berikut :
·
Merencanaka tes, yang merujuk pada jenis alat penilaian.
·
Menulis butir tes, dengan memperhatikan indikator ketercapaian.
·
Merakit soal tes.
Tes dapat
disajiakan dalam bentuk objektif maupaun uraian (non objektif) dengan
memperhatikan kaidah penulisan soal terkaita dengan.
1.
segi materi.
a)
Soal harus sesuai dengan indikator.
b)
Untuk soal bentuk objektif , hanya ada satu jawaban benar, sedangkan
untuk soal bentuk uraian ruang lingkup pertanyaan maupun jawaban yang
diharapkan harus jelas.[5]
2.
Segi kontruksi
a)
Untuk soal bentuk objektif diantaranya : pokok soal harus jelas, tidak
memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar dan pilihan jawaban harus homogon.
b)
Untuk soal bentuk uraian , diantaranya : soal menuntut jawaban terurai dan
ada petunjuk tentang cara mengerjakannya.
3.
Segi bahasa
Bahasa yang digunakan hendaknya menggunakan kaidah bahasa
indonesia yang baik dan benar, singkat , jelas, serta komunikatif.
Pemilihan
bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan , jumlah peserta , waktu yang
tersedia untuk memeriksa , cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran
yang diujikan. Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila
jumlah peserta banyak, waktu koreksi sigkat, dan cangkupan materi yang diujikan
banyak.
Bentuk
instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi, seperti pilihan
ganda, uraian objektif , uraian bebas, menjodohkan, jawabab singkat,
benar-salah, unjuk kerja (performans), dan portofolio. Dengan cara ini
diharapkan agar diperoleh dat yang akurattentang pencapaian belajar siswa.
Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan
memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes, pada umumnya ulangan
dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit.
Ada
dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu: betuk uraian (tes subjektif)
dan tes bentuk belajar objektif .
a.
Tes uraian
Pada umumnya bentuk esai adalah
sejenis tes kemampuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan
atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata
seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan
sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya
sekitar 5-10 buah dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai
menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi,
menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan
mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.[6]
Petunjuk
penyusunan tes uraian adalah:
-
Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yan
diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
-
Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari
buku atau catatan.
-
Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban
serta pedoman penilaiannya.
-
Hendaknya diusahakan agar pertanyaan bervariasi antara “jelaskan”,
“mengapa”, “bagaimana”, “seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh
penguasaan siswa terhadap bahan.
-
Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh
siswa.
-
Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes.
b. Tes objektif
1.
Tes benar-salah (true-false)
Tes
obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana
butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan,
pernyataan ada yang benar dan ada yang salah.[7]
Petunjuk
penyusunan tes benar-salah adalah:
-
Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk
mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
-
Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal
yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat
teratur misalnya B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
-
Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh:
B-S
Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
-
Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
-
Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan memberi saran seperti
yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu,
tidak pernah dan sebagainya.
2.
Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple
choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memllilih satu
dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Pada
dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar salah juga,
tetapi dalam bentuk jamak. Testee diminta membenarkan atau menyalahkan setiap
item dengan tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga
atau empat buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan
diolah dengan komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).
3.
Menjodohkan (Matching test)
Matching
test dapat diganti dapat diganti dengan istilah mempertandingan, mencocokkan,
memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan
dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai tercantum dalam seri
jawaban.
Petunjuk-petunjuk
yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching ialah:
a.
Seri pertanyaan-pertanyaan dalam Matching testhendaknya tidak lebih dari
sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan
membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara
item-item itu.
b.
Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah
soalnya (kurang lebih 1 ½ kali). Dengan demikian murid dihadapkan
kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga
murid terpaksa lebih menggunakan pikirannya.
c.
Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus
merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.
4.
Tes isian (complection test)
Complection
test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes
melengkapi. complection test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada
bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang diisi oleh
murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
Saran-saran
dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut:
a.
Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencenakan lebih dari satu
jawaban yang kelihatan logis.
b.
Jangan mengutip kalimat/pertanyaan yang tertera pada buku/catatan.
c.
Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d.
Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu
tempat kosong.
e.
Jangan mulai dengan tempat kosong.
6.
Memperbaiki tes
Tes
yang telah disusun diperbaiki dengan menyesuaikan indicator serta tujuan
pembelajaran dan bentuk maupun jenis tes yang sesuai.
7. Merakit
tes
Merakit
tes dengan menyiapkan komponen-komponen pendukung untuk melaksanakan tes.
Komponen-komponen tersebut yaitu:
Komponen-komponen Tes
Komponen
atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas:
a.
Buku tes, yaitu lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus
dikerjakan oleh siswa.
b.
Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi bagi
testee untuk mengerjakan tes. Untuk soal pilihan ganda biasannya dibuatkan
lembaran nomor dan huruf a,b,c,d, menurut banyaknya alternatif yang disediakan.
c.
Kunci jawaban tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban
ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata/kalimat. Untuk tes
bentuk uraian, yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat
untuk memberikan ancer-ancer jawaban.
Ide
dari adanya kunci jawaban ini agar:
-
Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain
-
Pemeriksaannya betul
-
Dilakukan dengan mudah
-
Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif
d.
Pedoman penilaian, berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang
diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang dikerjakan.[8]
Contoh:
Nama:
Kelas:
No.:
1.
Tiap soal diberi skor 1
Jumlah
skor: 1 x 10 =10
2.
Tiap soal diberi skor 2
Jumlah
skor: 2 x 5 = 10
3.
Jumlah skor 20. Sekor maksimum 40.
8.
Melaksanakan tes
Tes
yang telah di susun sedemikian rupa tersebut di aplikasikan dalam pebelajaran
untuk menentukan kesesuaian materi dengan pemahaman peserta didik sesuai tes
yang diberikan.
9.
Menafsirkan tes
D.
MENENTUKAN TUJUAN TES
1.
Tes penempatan
Tes
yang dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa.
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang
akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau
dimasuki peserta didik dalam belajar.
2.
Tes diagnostik
Tes
diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang
dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang
mengganggu kegiatan belajarnya.
3.
Tes formatif
Tes
untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses
belajar mengajar. Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor
kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikan
dalam tiap satuan unit pembelajaran.
4.
Tes sumatif
Tes
sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian
peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau
akhir semester.[9]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar