Selasa, 29 Agustus 2017

MAKALAH Langkah- Langkah Penyusunan Tes Tulis

Langkah- Langkah Penyusunan Tes Tulis
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Evaluasi Pendidikan”
Dosen Pengampu :
Iskandar Tsani, M. Ag.

Description: stain.jpg

Disusun oleh:


Laily Nur Afifah (932125614)
Fitron Alvi Fauzi Rizqon (932120214)






PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI
2017 /2018




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Tes merupakan alat yang direncanakan untuk mengukur kemampuan, keahlian atau pengetahuan. Sehingga, dalam melakukan tes dibutuhkan perencanaan tes, pengembangan tes, prosedur penulisan ataupun penyusunan butir-butir soal. Untuk merencanakan, mengembangkan maupun menuliskan butir-butir tes tersebut diperlukan adanya langkah-langkah ataupun prosedur yang diikuti secara sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Dalam merencanakan tes, hal yang lebih dahulu dilakukan ialah menentukan dan merumuskan tujuan tes. Kemudian, dalam pengembangan tes melibatkan kegiatan identifikasi hasil belajar, deskripsi materi, pengembangan spesifikasi, penulisan butir dan kunci jawaban, pengumpulan data uji coba, pengujian kualitas butir dan perangkat, serta komplikasi.
Makalah ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan pemakalah khususnya mengenai perencanaan tes, pengembangan tes dan penyusuna non-tes dan mampu mengaplikasikannya dengan mengikuti prosedur yang ada. Selanjutnya, untuk pembahasan lebih dalam mengenai prosedur dalam merencanakan tes, mengembangkan dan menyusun tes akan dibahas di dalam makalah ini.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan tes?
2.      Apa fugsi tes?
3.      Bagaimana langkah-langkah penyusunan tes tulis?
4.      Apa tujuan diadakannya tes?
C.    TUJUAN
1.      Memahami maksud dari tes?
2.      Memahami fugsi tes?
3.      Memahami langkah-langkah penyusunan tes tulis?
4.      Memahai tujuan diadakannya tes?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN TES
Secara bahasa  tes berasal dari bahasa perancis kuno “testum” yang arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan mengunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”, atau “percobaan”. Dalam (didieu tulisan arab).
Tes adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku individu Karena itu, didlam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu (sampel perilaku) berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenai tes tersebut. Pada prinsipnya tes merupakan suatu prosedur sistematik untuk mengukur sampel tingkah laku seseorang.[1]
B.     FUNGSI TES
Sehubungan dengan hal-hal yang harus di ingat pada waktu penyusunan tes, maka fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal:
a)      Fungsi untuk kelas
b)      Fungsi untuk bimbingan
c)      Fungsi untuk administrasi
Selain fungsi-fungsi tes ini, hal lain yang harus di ingat adalah:
a)      Hubungan dengan penggunaan, fungsi mana yang harus di pentingkan karena fungsi yang berbeda akan menentuka bentuk/isi yang berbeda pula.
b)      Komprehensif, sebuah tes sebaiknya mencakup suatu kebulatan, artinya meliputi berbagai aspek yang dapat menggambarkan keadaan siswa secara keseluruhan (kecerdasan, sikap, pribadi, perasaan sosial dan sebagainya).
c)      Kontinu, tes disuun sedemikian rupa sehingga menggambarkan kelanjutan dari awal anak memasuki sekolah sampai dengan kelas terakhir.[2]
Perbandingan fungsi Tes:
Fungsi untuk kelas
Fungsi untuk bimbingan
Fungsi untuk administrasi
  1. Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa.
  2. Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian.
  3. Menaikkan tingkat prestasi.
  4. Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok.
  5. Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara perseorangan.
  6. Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus.
  7. Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.
  1. Menentukan arahpembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak mereka
  2. Membantu siswa dalam menentukan pilihan.
  3. Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
  4. Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam memahami kesulitan anak.
  1. Memberi petunjuk dalammengelompok kan siswa .
  2. Penempatan sisiwa baru.
  3. Membatu siswa memilih kelompok.
  4. Menilai kurikulum
  5. memperluas hubungan masyarakat (public reletion)
  6. Menyediakan informasi untuk badan-badan lain di luar sekolah.


C.    LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES
1.      Menyusun spesifikasi tes
Spesifikasi Tes adalah suatu uraian yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Pengembangan spesifikasi merupakan langkah awal yang menentukan dalam pengembangan perangkat tes, karena apa yang menentukan pada langkah-langkah berikutnya sudah dirancangkan dalam spesifikasi tes.
Spesifikasi pengembangan tes meliputi :
a.       Menentukan jenis tes
b.      Menentukan banyak butir tes
c.       Menentukan waktu pengerjaan
d.      Menentukan peserta uji coba
e.       Menentukan waktu uji coba
f.       Menentukan aturan skoring
g.      Menentukan kriteria kualitas tes
h.      Menyusun kisi-kisi tes
Langkah-langkah menyususn kisi-kisis tes (Blueprint) yaitu:
1.      Menulis tujuan umum pembelajaran
2.      Membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan di ujikan
3.      Menentukan indicator
4.      Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan
2.      Menulis soal tes
Menurut Sumadi Surybrata, secara umum kemampuan khusus yang harus dimiliki bagi penulis soal adalah:
1.      Penguasaan pengetahuan yang diteskan
2.      Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan
3.      Pemahaman akan karakteristik individu yang dites
4.      Kemampuan membahas gagasan
5.      Penguasaan akan teknik penulisan soal
6.      Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal
Fungsi tes tidak semata-mata sebagai alat ukur saja, melainkan memiliki fungsi motivasi dan pembentukan sikap bagi peserta didik. Oleh karena itu penulisan soal hendaknya  memahami nilai-nilai yang mendasari pendidikan, seperti tujuan pendidikan, filsafat pendidikan, sistem pendidikan, psikologi, garis-garis besarnya saja.
Dalam menulis soal diperlukan kemampuan untuk membahas gagasan dalam bahasa verbal yang jelas dan mudah dipahami maksudnya, sebab soal merupakan wakil dari pendidik yang hadir dihadapan peserta didik’oleh karena itu penulisan soal membutuhkan bahasa yang lugas dan tidak berbelit-belit.
3.      Menelaah soal tes
Dalam menelaah soal tes ada prinsip-prisip yang harus dipenuhi. Yaitu:
a.       Tes yang disusun hendaklah betul-betul mengukur tujuan pendidikan
b.      Tes yng disusun merupakan sampel yang representative dari semua materi pembelajaran
c.       Format tes yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
4.      Melakukan uji coba tes
Bentuk item aspek aspek pengukuran tes yaitu:
1.      Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal hal-hal yang telah dipelajari. Untuk mengungkapkan tujuan yang bersifat pengetahuan dapat diukur melalui tes hasil belajar.
Contoh pertanyaan ingatan:
a)      Jelaskan empat masalah pendidikan yang dihadapi Indonesia pada tahun 2010.
b)      Anak sejak lahir telah mempunyai potensi yang dapat berkembang menurut arahnya masing-masing. Pendapat ini dikemukakan oleh:
a.       W. Stern
b.      John Locke
c.       J. J. Rouseau.
2.      Pemahaman : merupakan kemampuan tentang memahami hubungan atau menangkap arti dan makna diantara konsep dan fakta-fakta tentang suatu hal. Tujuan dalam bentuk pemahaman dapat diuji dengan tes hasil belajar antara lain dengan analisis hubungan.
Contoh :
perencanaan pengadaan fasilitas (sarana/prasarana) belajar hendaklah memperhatikan analisis kebutuhan serta skala prioritas dan sesuai dengan dana yang tersedia.
                                                            SEBAB
Melalui kegiatan analisis kebutuhan, seseorang akan mengetahui kebutuhan apa saja yang harus mendapat prioritas untuk dipenuhi.
3.      Aplikasi (Application): merupakan kemampuan untuk memilih konsep, fakta, dalil, aturan, hukum, dan sebagainya; serta menerapkan/menggunakan hal itu secara tepat dan benar dalam situasi baru atau kehidupan sehari-hari.
Kemampuan ini dapat diukur dengan mengajukan suatu keadaan (kondisi) terlebih dahulu, kemudian peserta didik menerapkan sesuatu yang dipelajari, yang terkait dengan kasus itu.
Contoh:
·         Dalam suatu penelitian tentang KB, peneliti mengumpulkan data dari 65 sampel. Peneliti mengelompokkan data itu dalam beberapa interval dengan menggunakan rumus : Clas Interval = 1+3,3 (log)n
Jumlah (banyaknya) klas interval yang didapat adalah:
a.       6                        c. 8
b.      7                        d. 9
            Sebelum menyusun butir-butir soal, penulis soal hendaklah menyusun tabel spesifikasi/blueprint test. Dalam tabel itu perlu ada aspek-aspek yang dinilai, kemampuan/dimensi yang dinilai, jenis-jenis soal, dan jumlah butir soal. Susunlah tabel spesifikasi seperti dibawah ini:[3]
a.       Aspek-aspek yang dinilai:
-          Konsep dasar asesmen dan evaluasi
-          Syarat-syarat tes yang baik
-          Model evaluasi
b.      Jumlah butir soal: 50 butir
c.       Kemampuan/ dimensi yang dinilai:
-          Pengetahuan
-          pemahaman
d.      Jenis tes:
-          Betul salah
-          Pilihan jamak
-          Analisis hubungan
Berdasarkan data diatas dapat disusun kisi-kisi ujian sebagai berikut:
No
Aspek yang dinilai
Kemampuan/dimensi-dimensi yang dinilai
Jumlah soal
Persentase jumlah soal
Pengetahuan
Pemahaman
Betul salah
Pilihan ganda
Analisis Hubungan
1.
Konsep dasar asesmen dan evaluasi
3
5
2
10
20
2.
Syarat-syarat tes yang baik
6
15
2
23
46
3.
Model evaluasi
5
10
2
17
34

Jumlah soal
14
30
6
50
100

4.      Analisa :  merupakan kemampuan menganalisis atau menjabarkan sesuatu yang kompleks menjadi bagian/hal yang lebih sederhana dan mudah dipahami.
Karena kemampuan analisis bukan lagi menerapkan/mengaplikasikan pengetahuan,melainkan lebih menguraikan. Maka dalam asesmen hasil belajar peserta didik harus dihadapkan pada kasus yang dirangkum sendiri oleh penulis soal, dalam hal ini hindari mengambil uraian yang mungkin sudah pernah diketahui peserta didik.
Contoh:
Pendidik yang baik akan membimbing peserta didik belajar secara efektif dan efisien, sehingga berkembang seoptimal mungkin, anak yang cerdas secara intelektual dapat berkembang lebih cepat, sedangkan anak yang kurang cerdas secara intelektual dapat berkembang lebih cepat, sedang anak yang kurang cerdas secara intelektual akan mendapat bantuan khusus dari pendidik. Di samping itu, anak yang kurang cerdas secara intelektual, mungkin lebih cerdas dalam musik dan kinestetik. Usaha demi usaha yang dikembangkan pendidik untuk peserta didik selalu dikaitkan dan memperhatikan bermacam kecerdsan dan kondisi anak, lingkungan serta tujuan pembelajaran.
            Sebaliknya, banyak pula pendidik yang acuh tidak acuh dengan peserta didiknya, seakan-akan anak itu sama saja semuannya. Dia datang sekedar menyampaikan pelajaran dan kemudian pulang . mereka tidak mau tahu dengan bermacam-macam kecerdasan yang dimiliki anak, keadaan kelas, lingkungan maupun hubungan dengan peserta didik.
Soal:
1.      menggunakan bentuk tes esai
cobalah kamu bandingkan dua fungsi pendidik yang digambarkan dalam uraian diatas,
............................................................................................................................
............................................................................................................................
2.      menggunakan bentuk analisis hubungan
Pendidik yang baik akan dapat mengembangkan para peserta didik seoptimal mungkin.
SEBAB
Setiap usaha yang dilakukan dalam membimbing anak dikaitkn dengan kondisi anak dan kematangan masing-masing.
5.      Sintesis : kemampuan sintesis merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi. Sintesa adalah kemampuan menyusun kembali atau memadukan bagian-bagian menjadi keseluruhan yang lebih berarti. Oleh karena itu, dengan mengembangkan kemampuan sintesis ini, berarti peserta didik mampu membangun suatu pola atau struktur baru. Kemampuan ini dapat dinilai dengan menggunakan teknik asesmen untuk menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher-Order Thinking).
Contoh:
            Diakhir jam pelajaran peserta didik diberi kesempatan untuk menceritakan kembali apa saja materi yang baru dipelajari. Dapat juga dilakukan dengan “menyuruh” peserta didik menuliskan kembali, atau merangkum materi pelajaran yang sudah disampaikan atau mengkonstruksi kembali dalam bahasa sendiri materi yang sudah disampaikan.
6.      Evaluasi: merupakan kemampuan, sejauh mana peserta didik dapat menerapkan konsep aturan atau pengetahuan yang ada untuk menilai sesuatu yang lain. Atau dapat juga dikatakan, kemampuan untuk membuat keputusan (judgment) tentang sesuatu berdasarkan kriteria/standar yang telah ditetapkan.[4]
5.      Menganalisis butir soal
a)      Penyusunan Tes Tulis
Untuk menyusun tes dapat ikuti langkah-langkah sebagi berikut :
·         Merencanaka tes, yang merujuk pada jenis alat penilaian.
·         Menulis butir tes, dengan memperhatikan indikator ketercapaian.
·         Merakit soal tes.
Tes dapat disajiakan dalam bentuk objektif maupaun uraian (non objektif) dengan memperhatikan kaidah penulisan soal terkaita dengan.
1.      segi materi.
a)      Soal harus sesuai dengan indikator.
b)       Untuk soal bentuk objektif , hanya ada satu jawaban benar, sedangkan untuk soal bentuk uraian ruang lingkup pertanyaan maupun jawaban yang diharapkan harus jelas.[5]
2.      Segi kontruksi
a)      Untuk soal bentuk objektif diantaranya : pokok soal harus jelas, tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar dan pilihan jawaban harus homogon.
b)      Untuk soal bentuk uraian , diantaranya : soal menuntut jawaban terurai dan ada petunjuk tentang cara mengerjakannya.
3.      Segi bahasa
Bahasa yang digunakan hendaknya menggunakan kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar, singkat , jelas, serta komunikatif.
          Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan , jumlah peserta , waktu yang tersedia untuk memeriksa , cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta banyak, waktu koreksi sigkat, dan cangkupan materi yang diujikan banyak.
          Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya  bervariasi, seperti pilihan ganda, uraian objektif , uraian bebas, menjodohkan, jawabab singkat, benar-salah, unjuk kerja (performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh dat yang akurattentang pencapaian belajar siswa. Panjang  instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes, pada umumnya ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit.
          Ada dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu: betuk uraian (tes subjektif) dan tes bentuk belajar objektif .
a.       Tes uraian
               Pada umumnya bentuk esai adalah sejenis tes kemampuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.[6]
Petunjuk penyusunan tes uraian adalah:
-           Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yan diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
-          Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
-          Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
-          Hendaknya diusahakan agar pertanyaan bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
-          Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh siswa.
-          Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes.
b.      Tes objektif
1.      Tes benar-salah (true-false)
          Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan, pernyataan ada yang benar dan ada yang salah.[7]
Petunjuk penyusunan tes benar-salah adalah:
-          Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
-          Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
-          Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh:
          B-S Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
-          Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
-          Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah dan sebagainya.
2.      Tes pilihan ganda (multiple choice test)
          Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memllilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
          Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Testee diminta membenarkan atau menyalahkan setiap item dengan tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).
3.      Menjodohkan  (Matching test)
          Matching test dapat diganti dapat diganti dengan istilah mempertandingan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai tercantum dalam seri jawaban.
          Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching ialah:
a.       Seri pertanyaan-pertanyaan dalam Matching testhendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu.
b.      Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya (kurang lebih 1 ½  kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih menggunakan pikirannya.
c.       Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.
4.      Tes isian (complection test)
          Complection test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. complection test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
Saran-saran dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut:
a.       Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencenakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.
b.       Jangan mengutip kalimat/pertanyaan yang tertera pada buku/catatan.
c.       Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d.      Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
e.       Jangan mulai dengan tempat kosong.

6.      Memperbaiki tes
Tes yang telah disusun diperbaiki dengan menyesuaikan indicator serta tujuan pembelajaran dan bentuk maupun jenis tes yang sesuai.
7.      Merakit tes
Merakit tes dengan menyiapkan komponen-komponen pendukung untuk melaksanakan tes. Komponen-komponen tersebut yaitu:
Komponen-komponen Tes
Komponen atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas:
a.       Buku tes, yaitu lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus dikerjakan oleh siswa.
b.      Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi bagi testee untuk mengerjakan tes. Untuk soal pilihan ganda biasannya dibuatkan lembaran nomor dan huruf a,b,c,d, menurut banyaknya alternatif yang disediakan.
c.       Kunci jawaban tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata/kalimat. Untuk tes bentuk uraian, yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat untuk memberikan ancer-ancer jawaban.
Ide dari adanya kunci jawaban ini agar:
- Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain
- Pemeriksaannya betul
- Dilakukan dengan mudah
- Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif
d.      Pedoman penilaian, berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang dikerjakan.[8]
Contoh:
Nama:
Kelas:
No.:
1.      Tiap soal diberi skor 1
Jumlah skor: 1 x 10 =10
2.      Tiap soal diberi skor 2
Jumlah skor: 2 x 5 = 10
3.      Jumlah skor 20. Sekor maksimum 40.
8.      Melaksanakan tes
Tes yang telah di susun sedemikian rupa tersebut di aplikasikan dalam pebelajaran untuk menentukan kesesuaian materi dengan pemahaman peserta didik sesuai tes yang diberikan.
9.      Menafsirkan tes
D.    MENENTUKAN TUJUAN TES
1.      Tes penempatan
Tes yang dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
2.      Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.
3.      Tes formatif
Tes untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar. Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikan dalam tiap satuan unit pembelajaran.
4.      Tes sumatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.[9]




[1] Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PrenadaMedia, 2015), 93.
[2] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,( Jakarta: Bumi Aksara,1997),151.
[3] A. Muri Yusuf, Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Prenademedia Group),190-191.
[4] Ibid., Yusuf, 192-193.
[5] Asep jihad & Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Multipressindo, 2008), 74.
[6] Ibid., 76.
[7] Ibid., 77-79.
[8] Ibid.,Arikunto, 159-162.
[9] Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PrenadaMedia, 2015), 97.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar